Wednesday, January 28, 2015

Anak Psikologi Bisa Ngukur Tensi Layaknya Anak Kedokteran Loh!

Halo haloooo... Udah lama ya aku nggak muncul di blog? Haha iya nih kemaren-kemaren belum ada kepikiran mau ngetik apa. Saking lamanya nggak ngetik di blog sampe berdebu gini nih. Bentar aku sapu dulu ya..
Oh iya, sekarang udah tahun 2015 ya? Aku belum nyapa ya di blog pertama 2015 aku? Okelah ini udah disapa kan? Hahaha. Tahun 2015, Umur baru, semester baru, gaji baru, sekolah baru, pacar baru (eh?). Pokoknya di tahun 2015 semua yang menjadi resolusi di tahun-tahun sebelumnya bisa terlaksana di tahun ini yaa. Aamiin...

Nah, kali ini aku mau ngetik tentang salah satu kegiatan KKN aku aja ya (iya nih aku lagi masa KKN sampe bulan Februari nanti. doain lancar jaya yaa). Salah satu kegiatan KKN yang paling menyenangkan adalah "Cek Tensi dan Gula Darah Untuk Para Manula". Kegiatan ini merupakan kegiatan ketiga KKN aku yang dilaksanakan pada 21 Januari 2015 dan kalian tau, aku kedapetan bagian yang ngukur tensinya. Jadi awalnya gini....



Sebelumnya, malem jam berapa gitu aku lupa. Pokoknya sekitar jam 8. Aku dateng ke rumah temen KKN aku. Soalnya emang udah janjian ngumpul disana. Kucuk kucuk kucuk naik taksi, sampainya aku disana ternyata cuma ada lima orang (termasuk pemilik rumah) yang hadir. Dari 14 anak cuma 4 orang yang dateng. Ya udah deh aku langsung ditawarin "Dina coba diajarin ngukur tensi". Ya udah aku coba ngukur tensi. Sebenarnya sih aku bisa nebak-nebak cara ngukur tensi gimana secara aku selalu di cek tensinya. Saking seringnya diukur sampe tau gimana cara bacanya. Cuma ya tetep aja nggak tau-tau banget.

Ya gitu, aku belajar ngukur. Semua penghuni di rumah tersebut aku ukur tensinya. Hahaha... Temen-temen aku yang bagian cek gula darah juga belajar gimana cara ngeceknya dan jariku yang jadi sasarannya. Nggak apa-apa sih. Akunya aja yang menawarkan diri. Terbiasa ditusuk-tusuk jarum (keseringan sakit sih). Gitu deh. Cuma sejam terus aku pulang.

Besok paginya mulai beraksi. Acara dimulai jam 8 pagi. Jam 8 lebih beberapa menit udah dateng pasien pertama. Sekitar tiga atau empat orang deh yang dateng. Awalnya rada ribet masang stetoskop (soalnya aku pake kerudung sih, jadi rada susah masukin ke telinga). Terus nyari nadi, pencet-pencet, denger denyutnya. Nah! Denger denyutnya yang rada susah, jadi patokanku getaran di jarum tensinya aja. Hihihihi.. Udah selesai ngukur, rempong lagi ngelepasin stetoskop dari telinga.


*Foto yang ini masih rada sepi pasien


Selang beberapa waktu kemudian, kira-kira satu jam mulai deh bejibun yang datang. Nonstop pula! Ada yang 120/90 ada yang 140/100 bahkan ada yang 160/110 (Ini tensinya pak lurah. Aku yang ngukur). Terus juga sebelumnya aku tanyain dong "Pak, tensi terakhir berapa?". Di jawab sama bapaknya "110/70". Terus aku ukur dong, eh tau-tau jadi 140/90.. Namanya juga masih belajar aku pikir kok tensinya tinggi banget. Bapaknya ngeliat aku rada nggak percayaaa :'( . Aku udah ngukur sampe 4 kali hasilnya tetep segitu. Ya emang sih aku harusnya nanya "makan apa pagi ini? Semalam tidurnya cukup? Suka stress nggak akhir-akhir ini.. blablabla" ya itulah pokoknya dan nyaranin jangan makan itu jangan makan itu. Aku pengennya gitu, tapi bapaknya mukanya udah kayak nge-cuih gitu ke aku. Ya udah deh aku langsung aja suruh ke cek gula darah. 


*Tenang.. Bukan yang ini kok bapaknya. Ini kondisi lagi rame-ramenya. Nggak keliatan emang, tampak belakang soalnya -.-


*Ini mulai rada sepi. Itu bapak dan ibuknya datengnya juga rada belakangan sih

Ya gitu.. Kurang lebih 1,5 jam deh ramenya.. Terus akhirnya kita pun bernyanyi bersama dengan para manula. Nyanyi marsnya mereka.. 


*Ini nyanyi bersama~

Hihihi... Seru bangeeeet....



Foto kenang-kenangan bersama Karang Weda Kelurahan Bendul Merisi, Kecamatan Wonocolo, Kota Surabaya

Thursday, January 22, 2015

Rezeki?? (percaya & yakin)



Tadi aku membahas sesuatu di Line bersama temenku, Andaru. Kami membahas tentang rezeki. Kita selalu mendengar nasehat "Jangan berbuat maksiat, nanti pintu rejeki ketutup". Terlintas dibenak aku, kenapa? Ada tuh yang selalu berbuat maksiat bahkan menyekutukan Allah tetapi rejekinya lebih baik daripada mereka yang selalu beribadah, tidak berbuat maksiat, pokoknya jalannya lurus-lurus aja. Aku mempertanyakan itu. Sempat terlintas untuk mempermasalahkan, tetapi aku yakin pasti ada jawabanya. Temanku hanya memberi jawaban "yakin dan percaya sama Allah". Menurut aku itu bukan jawaban yang mau aku dapat. Aku mau sesuatu yang jelas dan bisa dimasuk akal.

Hingga pada akhirnya masuk waktu sholat magrib. Di dalam doa seusai sholat aku berdoa seperti berdikusi dengan Allah, aku bertanya "Kenapa ya Allah? Maaf jika aku bertanya yang sepertinya tidak pantas tapi aku benar-benar ingin tahu jawabannya apa. Karena itu menjadi tanda tanya yang besar di otak aku". Terus terus dan terus memikirkan itu sambil bermain games.

Terlalu dipikir sampai sholat Isya pun masuk. Mandi lalu mengambil wudhu. Seusai ambil wudhu, ntah darimana aku tiba-tiba tahu jawabannya. Aku Tahu Jawabannya! Selama berinteraksi sama Allah aku merasakan kegembiraan atas jawaban yang aku dapat. Jawabannya itu adalah.....

Semua yang ada di dunia ini adalah sementara. "Ingat, Yi. Kamu selalu berdoa meminta sama Allah jauhkanlah dari fitnah dunia. Materi adalah fitnah dunia. Orang yang rejekinya berlimpah itu sudah terlena dengan fitnah dunia. Lagian, kamu yakin kan dengan hari di akhirat nanti? Kita di dunia lagi ujian, lagi menabung amal, bukan menabung materi. Percaya dan yakinlah dengan balasan yang Allah kasih kepada orang-orang yang terus mendekatkan diri kepada Allah, bukan terlena dengan duniawi."

Alhamdulillah. Menurutku itulah jawaban yang aku dapat secara tiba-tiba. Alhamdulillah Alhamdulillah Alhamdulillah.Ampuni aku jika aku terlupa akan kekuasaanmu, ya Allah:(

Tidak lama, temanku melihat tweetku dan ia pun menghubungiku via line untuk menjawab pertanyaanku yang membuat jawaban, pemahaman, dan keyakinanku semakin bertambah, Ini chat dari temenku....


gambar 1



gambar 2



gambar 3



gambar 4



gambar 5


gambar 6


Mungkin menurut kalian jawaban temenku terpaut jauh dari pertanyaanku tapi cobalah baca lagi. Justru kunci yang di dapat adalah Allah itu maha adil. Sesuatu yang terlihat baik di dunia belum tentu baik di akhirat. Ingat, jangan sampai terlena dengan dunia.

Jadi jawabannya apa, Dina? Jawabannya adalah percaya dan yakin sama Allah maha adil. Rejeki yang baik adalah rejeki yang dihasilkan oleh orang yang mau berusaha dengan cara yang halal, bukan dengan cara yang maksiat. Kaya di dunia miskin di akhirat emang mau? Mending cukup tapi perbuatan kita jauh dari maksiat daripada banyak tapi membutakan hati dan pikiran, bahkan sampai mendewakan uang. Nau'zubillah min zalik (kami berlindung dengan Allah dari perkara buruk tersebut menimpa kami)
Powered by Blogger.