Saturday, March 21, 2015

Self Disclosure, Self Image, and Self Presentation

Halo.. Selamat malam, good night, wan shang hao, konbawa, guten abend..
Malam ini aku mau ngepost materi kedua dan ketiga dari mata kuliah Hubungan Antar Person. Tapi, berhubung materinya segandeng jadi aku jadikan 1 postingan.

Maaf banget baru ngeblog materi ini, karena kemarin aku nggak sempet bisa mikir mau ngeblog apa. Aku sibuk ngerjain revisian skripsi, sibuk main socmed:p, dan aku juga sempet pulang ke Jakarta liat ponakanku yg baru lahir. Selama di Jakarta aku nggak megang laptop sama sekali! Revisianku juga nggak terkerjakan sama sekali. Alhasil aku ngebut kejar tayang hari seninnya buat ngerevisi karena besoknya hasil revisianku ditagih. Hmm.., oke daripada berlama-lama aku mau mulai refleksi diri mengenai Self Disclosure, Self Image, dan Self Presentation.

========================================================================

Setiap manusia pasti memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Kebanyakan manusia juga tidak menyadari apa kelebihannya dan kekurangannya. Sama seperti yang aku lakukan disini. Aku tidak tahu harus menulis apa tentang diriku. Bukan. Bukan tidak tahu seperti apa diriku ini. Aku hanya tidak tahu bagaimana aku memulainya. Apakah aku harus menceritakan bagaimana kekuranganku? Atau aku menceritakan bagaimana kelebihanku? Setiap hidup haruslah menghadapi kesusahan terlebih dahulu untuk mencapai kesenangan, karena alasan inilah aku akan mencerita bagaimana kekuranganku.

Aku adalah orang yang sangat moody. Aku adalah orang yang sangat mudah berubah mood-nya. Ketika aku sedang merasa senang dan tiba-tiba ada yang membuatku marah, seketika mood aku memburuk. Tetapi, seketika itu juga mood aku membaik. Hahaha... Tidak. Aku bukan orang yang mengalami gangguan mood. Aku yang seperti itu tidak sering kok. Hanya pada saat waktu tertentu saja. Mungkin karena moody aku sangat terlihat di depan umum, temanku mengakuinya.
Aku adalah orang yang mudah panik. Buruknya, ketika aku panik aku bisa saja memarahi orang-orang terdekatku, atau aku menangis sambil sedikit berteriak. Yaa memang tidak semua hal aku mudah panik. Tetapi jika diangkakan (1-10, tidak panik - sangat panik), angka kepanikanku berada di angka 8 . Lagi-lagi temanku mengakuinya.
Aku adalah orang yang cuek. Aku tidak peduli dengan sekitarku, aku tidak peduli bagaimana penampilanku, aku tidak peduli dengan apa kata orang, aku juga tidak peduli apabila mereka membenciku, dan yang paling parahnya aku suka tidak peduli tentang permasalahan teman. Hingga terkesan, aku ini orang yang tidak memiliki empati.
Aku adalah orang yang egois. Aku terlalu cuek dengan sekitarku karena aku terlalu memikirkan diriku sendiri. Memang kekuranganku yang satu ini jarang sekali aku tunjukkan di depan teman-temanku. Aku hanya bisa menjadi egois di depan keluarga dan pacarku.
Aku adalah orang yang pelit. Berat rasanya meminjamkan sesuatu ke orang lain atau hanya untuk memberi uang kepada pengemis aku enggan mengeluarkan uang. Teman-temanku menganggap aku adalah manusia yang hedon, adalah manusia yang senang menghambur-hamburkan uang. Tetapi mereka tidak tahu, untuk keperluan diriku sendiri saja aku berpikir sampai dua kali untuk membelinya. Memang kata teman-temanku, aku terlihat dari penampilan seperti orang "berada", tetapi itu hanya kelihatannya saja. Pakaian yang aku kenakan murah meriah. Mungkin memang pembawaanku "wah". Hahaha... Ya, ini juga termasuk kekuranganku, aku manusia yang sombong.

Tetapi, dibalik beberapa kekuranganku, aku memiliki segudang kelebihan.
Di balik aku yang moody, aku adalah orang yang penyabar. Teman-temanku tidak mengetahui bahwa aku adalah orang yang sabar. Ketika aku mendapati suatu masalah yang membuatku rasanya ingin marah, aku masih bisa menahan amarahku melebihi teman-temanku (Ya mungkin saja). Ketika ada suatu hal yang membuatku bersedih, aku berusaha sabar dan tetap tersenyum dan bersikap konyol di depan teman-temanku.
Aku tidak selamanya mudah panik. Terkadang aku bisa menjadi orang yang paling tenang ketika sedang dibawah tekanan. Bahkan, aku bisa membantu orang lain untuk bersikap tenang ketika suasana sedang mendesak. Hanya teman dekatku saja yang mengetahui bahwa aku adalah orang yang bisa tenang ketika mereka tahu bahwa kondisi tersebut membuatku panik.
Aku juga tidak selamanya bersikap egois. Aku juga bisa mengalah agar tidak terjadi pertikaian antara aku dengan teman-temanku, aku dengan pacarku, aku dengan saudaraku. Aku merasa ketika usiaku telah menginjak 20 tahun, aku harus menjadi manusia yang dapat menahan id di dalam diri aku. Aku harus bisa bersikap dan berpikir dewasa.
Aku tidak selamanya cuek. Aku juga memikirkan dan mendengarkan bagaimana pandangan mereka tentang diriku. Aku juga tidak selalu menjadi manusia yang tidak peduli lingkungan sekitar. Aku juga tidak selalu menjadi manusia yang tidak memiliki pengertian dan kepedulian. Terkadang aku bisa menjadi manusia yang paling pengertian dan peduli. Ketika orang banyak tidak bisa menerima orang itu, disitu aku bisa menjadi manusia yang paling mengerti bagaimana orang tersebut.

Selain dari yang aku ceritakan di atas, aku ingin menambahkan..
Aku ini adalah orang yang perfeksionis. Teman dekatku pernah mengatakan hal tersebut kepadaku, karena menurut dia aku adalah orang yang paling tekun dalam mengerjakan tugas dan paling ingin terlihat bagus.
Aku ini adalah orang yang perhatian. Ketika adikku memikirkan ia ingin kuliah jurusan apa, aku pun sering menanyakan, membantunya, dan memberi masukan yang sebaik-baiknya.
Aku ini adalah orang yang tidak begitu pintar bergaul. Terkadang aku tidak tahu harus memulai percakapan dari mana dengan orang baru. Selain itu juga, aku tidak begitu senang berada dikeramaian. Aku senang menghabiskan waktuku di dalam kamar hanya sekedar bernyanyi atau nonton youtube.
Aku ini....
Aku ini......
Aku ini........

Masih banyak lagi sebenarnya, tetapi hanya ini saja yang bisa aku bagi di blog ini. Maaf apabila ada kesalahan dalam penyampaian dan penulisan. Aku ini hanyalah manusia yang masih belajar...

danke....

Friday, March 20, 2015

Komunikasi Verbal dan Komunikasi Non Verbal

Halo.. Selamat siang, good afternoon, shang wu hao, konichiwa, guten tag..
Siang ini aku mau mempost refleksi diri materi Hubungan Antar Person yang keempat dan kelima. Karena satu tipe maka aku jadikan 1 postingan.

Mohon dibaca dan dikomentari yaa...

========================================================================

Hai, namaku Dina Permata Sari. Keluargaku biasa memanggilku Ayi dan teman-temanku atau orang luar lainnya memanggilku Dina. Bulan Januari yang lalu, tepatnya tanggal 16 aku mulai menginjak usia 21 tahun. Bukan usia yang muda lagi, melainkan usia yang mulai menginjak kematangan dalam berpikir, pribadi, dan bertindak. Saat ini aku tengah menempuh semester 8 di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Surabaya. Peminatan yang aku ambil adalah psikologi klinis.

Aku terlahir di kota Padang, Sumatra Barat. Dari bayi sampai aku lulus SMP aku disana dan ketika aku memasuki SMA aku pindah ke Palembang, Sumatra Selatan. Well, sebenarnya nggak begitu beda orang Padang dengan orang Palembang, yang membedakan hanyalah bahasa dan tingkat kekasaran dalam berbicara. Aku sempat shock tinggal di Palembang. Mereka berbicara ketus, terkesan menyentak menurut pendengaranku.

Cukup setahun lamanya aku mulai terbiasa dengan itu semua. Aku bisa mengikuti alur mereka. Ditambah lagi aku sempat berpacaran dengan orang Palembang. Pada awalnya sering kami terjadi kesalahpahaman. Maksudnya ia tidak bermaksud menyentakku, tapi aku ngerasa aku sedang dibentaknya. Hingga akhirnya aku pun terbiasa mendengar suara mereka yang keras, terkesan mendominasi, dan tutur katanya yang sedikit terdengar kasar. Aku bisa mengerti karena teman-temanku juga demikian, pacar teman-temanku juga demikian, dan guru di sekolahku pun juga demikian. Tetapi sayangnya hanya 1, mereka tidak bisa menerima bagaimana bentuk wajahku. Aku sudah terlahir dengan wajah yang tidak ramah. Bukan berarti aku tidak pernah tersenyum. Aku orangnya senang tersenyum, tetapi ketika sendirian, sedang serius, atau sedang memperhatikan guru menerangkan, aku terlihat sedang mengintimidasi mereka (menurut mereka). Sedih rasanya.. Bahkan aku sempat  dua kali dipermalukan di depan kelas oleh guru yang sama. Awalnya aku biasa saja dipermalukan olehnya, bahkan sempat diusir dari kelas karena wajahku. Tapi lama kelamaan teman-teman baikku mau memberitahuku bahwa aku harus rajin tersenyum. Maka aku pelan-pelan berubah, mau tersenyum sendiri meskipun sedikit dipaksakan. Dipermalukan yang kedua pada saat aku kelas tiga. Aku terlambat masuk kelas karena aku kehilangan kunci loker untuk mengambil buku. Maka aku ke kelas sebelah untuk meminjam buku. Saat aku masuk kelas, aku mengetuk, meminta maaf karena telat, dan tidak lupa senyuman. Bukan kalimat yang enak aku dengar, melainkan kalimat-kalimat yang menyakitkan hati aku. Di depan kelas aku dibilang "Rai kau busuk! Aku dak seneng samo kau ado di kelas aku! Dak katek senyumnyo!". Tersentak dibuatnya. Aku terdiam. temenku membelaku, ia mengatakan bahwa aku ada tersenyum di depannya, tapi guruku membantah. "Dak usah kau bela dio! Rai busuk cak itu dak katek senyumnyo di depan aku!". Aku cuma bisa menunduk. Aku cuma bisa menangis. Aku cuma bisa berdiam diri. Dan aku cuma bisa bersabar...

Lulus dari SMA, aku melanjutkan sekolah di Surabaya. Beda suasana, beda budaya, beda karakter orangnya. Di sini, aku berusaha menjadi orang yang baru. Seseorang yang mau tersenyum, seseorang yang ramah dalam bertutur kata, seseorang yang lebih tenang dalam berbicara. Tapi ternyata sama saja. Aku tetap dinilai orang yang jutek dan kalau berbicara kasar. Orang-orang sering salah paham dengan nada bicaraku. Aku sampai heran katanya orang Surabaya adalah orang yang kasar, tetapi kenapa kalau aku berbicara mereka langsung mengatakan "Wah, si Dina kasar"?

Well, sebenarnya aku nggak begitu percaya dengan slogan "Wong Suroboyo itu kasar", soalnya aku ngelihat teman-temanku kalau berbicara sama temen perempuan, nada bicara mereka lebih pelan dan halus. Beda dengan cowok Palembang yang terkesan mengintimidasi perempuan dengan nada yang kasar dan keras. Aku juga beruntung sekarang pacaran dengan orang Jawa:). Dia nggak pernah kasar sama aku dan sangaaaaat penyabar. hahaha

Sejak aku pacaran dengan pacarku ini, hari-hariku kembali suram. Aku dibilang nggak sopan sama teman-temannya karena wajahku yang terkesan tidak ramah. Gara-gara itu aku sempat bertengkar dengan pacarku. Dia memaksaku untuk berubah. Aku sudah bilang bahwa aku pelan-pelan mulai berubah. Aku sudah merubah diriku sejak SMA dulu. Ini sudah bawaan fisik aku, gimana aku bisa berubah lagi? Apa aku harus operasi plastik?

Pulang dari pertengkaran itu aku menangis dan mengadu ke mamaku. "Kenapa hidupku terasa tidak adil? Kenapa Allah memberiku wajah yang jutek? Padahal aku udah mulai merubah pelan-pelan dengan rajin tersenyum. Kenapa aku terlahir dengan nada bicara yang terdengar ketus dan keras? Padahal aku sudah mulai pelan-pelan berbicara tenang dan satun. Kenapa?". Mamaku mengatakan padaku, "Siapa pun kamu jadilah dirimu sendiri, berubah menjadi lebih baik itu bagus, tapi berubah menjadi orang lain itu tidak baik. Bersyukurlah kamu dilahirkan seperti ini, dengan begini kamu bisa menemukan siapa orang yang benar-benar mengerti dan tulus berteman sama kamu. Cuek saja dengan mereka yang suka menghina tanpa membantumu membenah diri."

Setelah dikasih tahu mamaku begitu, rasanya hati ini plong. Ditambah lagi mamaku memanggil pacarku ke rumah untuk membicarakan seperti apa diriku ini. Untungnya pacarku bisa mengerti bagaimana aku ini. Watak asliku memanglah yang seperti ini. Aura wajahku memanglah seperti ini. Aku tidak bermaksud kasar, tidak bermaksud membuat wajahku menjadi jutek. Aku orangnya suka berteman, suka tertawa, suka tersenyum, mungkin memang sudah karakter wajahku dan nada bicaraku yang seperti ini.

Tidak lama kemudian, baru saja semester 6 yang lalu, salah satu dosen klinis membicarakanku di depan anak-anak magang UPP. Dia mengatakan "Si Dina itu nggak bisa senyum? Males aku lihat wajahnya tiap di kelas". Aku mendapat laporan dari temanku yang juga magang UPP. Baru saja hari itu dibicarakan langsung disampaikan ke aku. Aku hanya bisa tertawa. Aku sudah tidak peduli. Cukup tahu saja seorang dosen yang sudah berprofesi psikolog dan selalu menggembor-gemborkan kata "Individual Differences" malah asal menjugde dari wajahnya saja.

Aku mulai terbiasa dengan semua ini. Orang-orang banyak mengira aku jutek dan kasar, aku sudah tidak begitu mempedulikannya. Memang sudah jadi label diriku begitu. Tetapi setidaknya aku memiliki teman yang benar-benar tulus dan mengerti siapa diriku walaupun hanya segelintir..

Tuesday, March 3, 2015

Dasar Filosofi & Motivasi Sosial

Selamat malam, pembaca. Jumpa lagi dengan Dina, si tukang corat-coret blog ini. Hehehe...

Kita hidup di dunia ini pasti dong saling berinteraksi dengan manusia lainnya? Memang pada umumnya kita adalah makhluk sosial. Nah, kalian pernah nyadar nggak sih untuk apa kalian berinteraksi atau ngobrol-ngobrol dengan sosial kalian? Kalian udah ngobrol dengan berapa orang pada hari ini? Hari ini kalian pertama ngobrol dengan siapa? Tujuannya buat apa? Pernah nggak terpikir begitu? Well, aku baru kepikiran akan hal ini karena pada hari ini di kelas Hubungan Antar Person, kami membahas tentang dasar filosofi dan motivasi sosial. Di dalam teori tersebut ada beberapa dasar filosofi kenapa manusia mau melakukan interaksi sosial, yaitu:

1. Dasar kesehatan mental
Yaitu seseorang mau berinteraksi karena untuk memenuhi kebutuhan mental mereka. Dengan seringnya berinteraksi dengan orang lain, mereka merasa pikiran dan mental mereka menjadi sehat (kayaknya sih gitu pengertiannya. Menurutku loh ya. Maaf kalo salah. hehe)
2. Dasar kualitas hidup
Yaitu seseorang ketika semakin dikenal atau semakin dipandang oleh orang lain, ia menganggap hal itu merupakan suatu yang baik untuk hidupnya
3. Dasar Kesehatan fisik
Yaitu ketika seseorang mampu mengekspresikan perasaannya atau apa yang ada dipikirannya, orang tersebut akan merasa sehat
4. Dasar aktualisasi diri
5. Dasar eksistensi diri
Yaitu dasar sebagai manusia dan menjadi manusia
6. Bagian dari tugas perkembangan

"Dina, dasar filosofi kamu mau berinteraksi apaan sih?"

Hmm... Aku kalau menjawab ya aku memiliki dasar eksistensi diri. Seperti misalnya, selain aku bersosial dengan manusia lainnya, aku juga bersosial melalui blog dan media sosial. Aku teringat dengan perkataan salah satu dosen Unair, Inisialnya Pak Cholichul (nggak ketebak kan? Sip :p). Beliau selalu berkata "Hee, kita sebagai manusia harus eksis. Anda itu harus dikenal minimal di 5 benua. Menulis adalah cara anda untuk eksis dan berinteraksi dengan mereka"
Begitulah kira-kira yang beliau katakan. Jadi aku berinteraksi dengan orang lain, karena aku merasa aku menjadi manusia seutuhnya. Manusia Sosial..

Oke?
Lanjut!
Tadi udah tentang dasar filosofinya, lalu dasar kebutuhannya kita mau berinteraksi dengan orang lain apa dong?

Di kelas Hubungan Antar Person tadi pagi juga membahas tentang kebutuhan seseorang akan bersosial atau motivasi seseorang untuk bersosial atau disebut dengan motivasi sosial. Karena banyak banget kebutuhan manusia mau bersosialisasi, aku ceritain aja kebutuhanku apaan, oke?

Sebenarnya nggak semua sih kita berinteraksi sosial dikarenakan ada kebutuhan apa-apa, ada yang cuma sekedar say hello. Ya aku nggak bakal bahas yg itu, aku bakal bahas interaksiku seharian ini. 
Pagi tadi pukul 8 pagi, di kelas Hubungan Antar Person, aku dan temanku membicarakan tentang tempat duduk di kelas itu. Aku mengajak mereka untuk duduk di urutan ke dua dari depan, tapi tempat duduk tersebut udah penuh, daripada aku duduk di depan sendiri ya udah aku duduk ikut dengan mereka. 
Terus yang kedua aku pergi ke rumah makan padang, disana aku berinteraksi singkat dengan penjualnya. Udah direncanain sih mau makan nasi padang, soalnya udah lamaaaa banget nggak kesana, ke tempat langgananku.
Terus kekenyangan akhirnya tidur selama 4 jam, bangun-bangun udah jam 5, ngeprint proposal buat bimbingan besok, terus aku ngepost di path tentang apa yg aku rasakan . Senang sih ada yang menanggapi.
Terus jam 8 malam pergi keluar beli nasi goreng langganan. Interaksi singkat lagi dong dengan penjualnya. Hahahaha
Dan yang terakhir adalah menulis blog ini. Menurutku ini juga interaksi sosial loh. Aku yang menyampaikan ide dan perasaan, kalian yang membaca dan mengomentari di kolom "komentar".

Sooooo....~ Dengan seharian interaksi ini, aku akan menganalisa kebutuhan interaksi sosialku.
Pertama, kebutuhan self esteem dan ego identity
Kedua, kebutuhan biological
Ketiga, kebutuhan altuirsm
Keempat, kebutuhan biological
kelima, kebutuhan altuirsm

Yang artinya adalaaaaaah....
Kebutuhan self esteem dan ego identity adalah in group dan out group yang akan menumbuhkan self image seseorang. Kebutuhan alturism adalah kebutuhan untuk membagi perasaan dan perilaku empati, dan kebutuhan biological adalah kebutuhan akan makanan.

Yap, begitulah kira-kira. Makasih udah membaca dan jangan lupa komennya yaaa...
Powered by Blogger.