Sunday, April 12, 2015

Manajemen Konflik

Selamat malam, para pembaca. Maaf baru sekarang ngeblog materi Hubungan Antar Person karena seminggu ini aku sibuk urusan kuliah, urusan skripsi, dan urusan mau pergi umroh nanti. Doain aku ya ibadahnya lancar dan aman-aman aja. Aamiin...

Malam ini aku mau ngeblog 3 materi Hubungan Antar Person. Insha Allah sih kuat ngerjainnya dalam 1 malam ini. Pertama aku mau ngeblog tentang "Manajemen Konflik". Here we go...

========================================================================

Setiap manusia pasti pernah berkonflik, baik itu konflik yang terjadi di dalam dirinya maupun konflik yang terjadi dengan orang lain. Munafik kalo orang mengatakan tidak mengalami masalah. Mungkin saja mereka yang merasa tidak mengalami masalah hanya ingin menunjukkan di depan orang bahwa mereka baik-baik saja. Tidak semua orang tapi hampir kebanyakan, salah satunya aku. Aku termasuk orang yang terlihat baik-baik saja meskipun sedang mengalami permasalahan. Hanya pada orang tertentu saja aku bisa terbuka dan bercerita, dan ini mempengaruhi cara aku menyelesaikan konflik kepada orang tertentu itu (nanti akan dijelaskan).



Pertama, aku mau bercerita tentang konflik personal. Sebelum perkuliahan semester 8 di mulai, aku ditawari untuk pergi umroh pada bulan April yang dibiayai oleh tanteku. Tante aku meminta izin ke mamaku dan mamaku langsung menyetujuinya. Aku sebenarnya mau, tapi aku juga mau tau dulu jadwal kuliahku seperti apa dan jadwal UTS aku juga seperti apa. Di tambah lagi aku juga punya tanggung jawab dengan kursus 4 bahasa yang sedang aku jalani. Aku hanya mengikuti apa mau mamaku, aku tidak berani berkata tidak.

Seiring berjalannya waktu, bulan April mendekat. Aku benar-benar bingung. Aku sampai berkata "Ya Allah, apa aku ini nggak siap untuk pergi ke rumah-Mu?". Aku bingung. Ini adalah kesempatan baikku, tidak semua orang punya kesempatan pergi umroh, tapi di satu sisi pada bulan dan di minggu itu ada UTS, dan ditambah lagi tanggung jawab kursus bahasaku juga bagaimana? Aku nggak mau membuang kesempatan belajar bahasa juga karena impian aku mau melanjutkan studi di Jerman/Belanda. Aku senang memiliki kesempatan pergi umroh tapi aku juga bingung bagaimana dengan semua kewajibanku? Ketakutan muncul di otakku. Aku takut aku ketinggalan pelajaran di kursus bahasa dan aku takut mungkin saja dosen tidak mau memberikan ujian susulan serta skripsi aku bagaimana? Aku tidak berani bercerita ke mama. Aku cuma cerita ke pacarku tentang ini. Untungnya aku bisa tenang dan berusaha untuk ikhlas. Ikhlaskan urusan duniawi untuk beribadah kepada Allah. Insha Allah aku bisa terus ikhlas seperti ini.

Kedua, aku mau bercerita tentang konflik yang aku alami bersama orang lain. Aku adalah tipe orang yang tidak mau menimbulkan konflik. Menurutku sih begitu. Namun terkadang ada hal yang tidak aku sukai dari orang lain atau teman aku akan membicarakannya secara terang-terangan, tapi bukan berarti aku mau terlibat konflik. Jika orang lain atau teman tersinggung, aku lebih memilih untuk tidak peduli dan enggan terlibat konflik. Berbeda dengan mama, aku lebih memilih diam dan mendengarkan apa yang dikatakan mama. Daripada aku menyakiti nanti dikatai anak durhaka lebih baik aku diam kan? Berbeda lagi juga dengan pacarku. Hanya sama dia aku bisa terbuka. Heran ya? Kok sama pacar lebih terbuka dibanding sama orang tua? Ya dari kecil aku dan saudara-saudaraku diajarkan untuk patuh dengan pandangan orang tua, apalagi mama, jadi itulah alasannya aku lebih dekat dengan pacar aku. Oke lanjut, jadi aku lebih dekat dengan pacarku lebih sering juga terjadi konflik. Terkadang kami berkonflik karena perbedaan selera makan, ketepatan waktu, atau hal-hal sepele lainnya. Tapi nggak terjadi konflik besar kok. Biasanya yang suka mancing masalah itu aku karena aku selalu maksa dia buat patuh dan nurut sama aku. Untungnya pacarku orangnya mau mengalah dan mengerti memang sudah menjadi watakku. Berbeda dengan konflik yang besar, biasanya kami selalu melakukan negoisasi. Kami sama-sama terbuka dan mendengarkan apa yang dirasakan masing-masing, kami saling memberikan alasan apa yang melatarbelakangi perbuatan itu, kami saling memberikan harapan apa yang diharapkan dari hubungan ini. Dari kejadian tersebut, kami menjadi saling memahami dan lebih menjaga tujuan yang ingin kami capai kedepannya.



Dari kedua cerita tersebut aku mau menjelaskan berdasarkan teori manajemen konflik yang aku terima di kelas hari Selasa kemarin. Pertama, konflik yang muncul pada diriku sendiri adalah Approach to avoidance conflict atau disebut juga dengan pendekatan konflik menghindar. Maksudnya adalah konflik yang ada di dalam diriku sendiri muncul karena aku merasakan hal positif dan hal negatif pada hal yang sama. Seperti yang aku ceritakan aku memiliki hal positif dengan aku mau berangkat umroh, tapi aku juga punya ketakutan-ketakutan yang muncul di dalam otak aku. Lalu yang kedua, dalam strategi konflik yang aku gunakan berbeda-beda sesuai dengan siapa aku bermasalah. Apabila aku memiliki masalah dengan orang lain atau teman-temanku, aku memilih untuk menggunakan strategi The Turtle (With Drawing) yaitu individu memilih untuk tidak terlibat dalam kemunculan konflik. Strategi The Teddy Bear (Smoothing) aku gunakan ketika aku mengalami konflik dengan mama, aku lebih memilih diam dan tidak melawan daripada membuat mama marah dan sakit hati. Strategi The Owl (Negotiating) sering aku gunakan apabila aku berkonflik dengan pacarku, karena kami saling menceritakan apa yang dirasakan, harapan apa yang ingin diwujudkan, dan tujuan kedepan dari hubungan kami.

========================================================================

Demikian dari blog materi "Manajemen Konflik" yang aku sampaikan. Sekarang mari kita lanjut ke blog berikutnya yaitu "Negotiating Skill".


danke

Friday, April 3, 2015

Presentation Skill

Ulala~ sudah 2 minggu lamanya aku nggak ngeblog tentang materi Hubungan Antar Person. Maaf sebelumnya, alasan aku lama nggak nulis blog karena mood dan ide belum muncul. Sooo sekarang aku memaksakan diri untuk menulisnya karena kalau terlalu lama akan lupa dengan materi terakhir di kelas Haper. Malam hari ini aku akan menulis tentang Presentation Skill yang dimana aku nggak nulis tentang materinya melainkan tentang bagaimana pengalamanku berpresentasi sepanjang hidup ini. And... here we go

========================================================================

Bener banget deh. Sebaiknya dari SMA para pelajar udah harus belajar yang namanya presentasi, baik itu mempresentasikan materi sekolahnya maupun hasil karya tulisnya. Aku setuju sejak kurikulum diganti, pelajar diwajibkan aktif. Nggak kayak aku dulu, semester 1 presentasi pertamaku adalah mata kuliah Sejarah Aliran Psikologi (SAPSI). That was a bad presentation at first. Saat itu aku membawa materi tentang sejarah tokoh-tokoh aliran apa gitu aku lupa pokoknya. Saat membawakannya aku nggak menyampaikan isi materinya dengan jelas dan keliatan banget gugupnya. Ditambah lagi aku nggak menguasai materi itu. Mungkin karena yaa masih adaptasi dari masa SMA ke masa kuliah kali ya.

Di semester kedua juga merupakan pengalaman presentasi aku yang buruk, yaitu presentasi materi Gestalt di mata kuliah Psikologi Belajar. Disitu aku mempresentasikan tentang jurnal materi gestalt. Jujur, aku nggak begitu menguasai materi maka dari itu aku tidak bisa banyak menjawab pertanyaan dari audiens dan menjelaskan jurnal dengan baik dan benar.

Aku sudah merasa ini bukan lagi masalah adaptasi dari murid SMA ke mahasiswa kuliahan. Aku harus belajar cara berkomunikasi yang baik. Kunci sukses dalam presentasi adalah komunikasi dan pemahaman materi. Di semester 3 aku ngambil sks dikit jadi nggak ketemu mata kuliah yang harus presentasi materi. Di semester ke 4 aku ngambil sks banyak karena IP aku meningkat dan banyak melakukan presentasi. Mulai dari sinilah aku tekad untuk belajar presentasi dengan baik dan benar. Mulai dari ketika dosen menanyakan siapa yang mau menjawab dan menjelaskan tugasnya, aku mengacungkan tangan duluan, ketika presentasi mata kuliah Psikologi Pendidikan aku mulai dari membaca sedikit catatan kecil dengan komunikasi non verbalku juga bekerja, dan seterusnya dan seterusnya dan seterusnya. Aku nggak begitu mengingat banyak karena itu udah dua tahun yang lalu.

Mulai dari semester 5 dan seterusnya alhamdulillah cara presentasiku membaik. Aku bisa menguasai materi, aku bisa menarik perhatian audiens, dan aku bisa memancing audiens untuk bertanya. Presentasi yang paling berhasil menurutku adalah presentasi di mata kuliah Psikologi Perkembangan 2, Psikologi Lintas Budaya, dan Hubungan Antar Person. Aku menyadari keberhasilanku dalam presentasi adalah dari cara aku mengkomunikasikannya, gaya non verbal ketika aku menyampaikan, intonasi suaraku yang memang keras dan jelas, caraku memancing audiens ketika mereka mulai tidak memperhatikan, dan caraku menjawab pertanyaan mereka.

Sebenarnya tidak begitu banyak yang bisa aku sampaikan, karena aku tidak begitu ingat pengalamanku selama berpresentasi. Yaa semoga aja semakin kesini semakin baik cara presentasiku. Aku menyadari aku orangnya moody-an. Ketika mood aku bagus aku bisa menyampaikan baik tetapi ketika mood aku buruk, ya udah kacau semuanya. Semoga aja aku juga dapat semakin mengontrol mood aku yang gampang berubah-ubah. Daaaaaan.... semoga saja nanti presentasi skripsi aku juga lancar, baik, dan sukses. Aamiin:)
Powered by Blogger.