Thursday, September 8, 2016

These Things...

Beberapa minggu yang lalu aku membersihkan barang-barang yang menumpuk di bawah meja rias kamar aku. Ternyata banyak sekali barang yang tidak berguna di sana. Ditengah aku sedang bersih-bersih dan beres-beres aku menemukan satu kotak yang mana aku nggak pernah melihatnya tetapi seketika itu juga aku tiba-tiba teringat akan suatu momen di masa lalu. Aku udah feeling nih "Wah ini isinya kayaknya barang-barang aku waktu SMA deh".
 
Ternyata...
 
BENAR
 
Di dalam kotak itu aku menemukan sebuah kacamata berwarna putih.
 
 

Duh itu kacamata termasuk yang paling awet yang pernah aku pakai (selain yang aku pakai saat ini). Semasa hidup aku udah berapa kali ganti ya? Pokoknya kacamata frame putih ini yang paling awet, yang menemani aku selama hampir setahun :D
 
Selain kacamata aku juga menemukan idcard sekaligus kartu pelajar aku semasa SMA dulu.
 

Warnanya sudah memudar dan menguning. Dulu aku suka banget tempelin stiker-stiker di idcard aku. Di case idcard-nya sih, nggak pernah langsung di kartunya. Aku juga dulu pernah iseng tempelin foto aku sendiri (fotobox yg gayanya alay) atau foto berdua sama mantan di idcard aku. HAHAHA untungnya nggak pernah ketahuan guru.
 
Di sekolah kalo lupa bawa idcard langsung potong poin dan wajib menggunakan fotokopi idcard yang udah disediakan oleh sekolah. Aku termasuk cukup sering ketinggalan idcard di rumah :D

Selain ketinggalan idcard, kunci loker juga pernah ketinggalan.

dan..

Aku anaknya sering banget telat loh.
 
Dulu aku bukan orang yang suka pakai jam tangan, tetapi ketika aku masuk SMA aku mulai membiasakan diri. Merasa udah gadis seutuhnya jadi nggak lucu aja tangan polos kayak anak SD. Aku inget banget jam pertama aku itu model sporty gitu dan warnanya pink. Terus aku bosen dan aku iseng pake jam tangan MD yang lebih kayak jam tangan cowo sih.
 
Maaf ya kualitas gambarnya jelek. Maklum foto kamera 2 megapixel
Dari model kayak sporty, kecowo-cowoan, maskulinan aku mulai menggunakan jam tangan lebih kecewe-cewean (karena sudah merasa gadis seutuhnya).
 
 
Yuk beralih jam tangan ke teman-teman dekat semasa aku SMA. Aku dulu sebenarnya adalah orang yang paling nggak bisa bergaul, paling nggak bisa bersosialisasi. Aku nggak tau mesti bersikap seperti apa di depan anak-anak seusia aku. Maka dari itu sejak SMP hingga SMA aku nggak begitu punya banyak teman (sekarang juga begitu sih, tapi nggak separah dulu).
 
Perpindahan dari Padang ke Palembang, meskipun 2 kota ini berada dalam 1 pulau yaitu pulau sumatera, tapi tetap budaya, kebiasaan, dan bahasa mereka jauh berbeda. Aku dulu sempat shock dengan orang-orang Palembang. Di Palembang nggak ada yang pakai bahasa Indonesia, semuanya pakai bahasa Palembang. Untungnya bahasa Palembang itu mudah, jadi aku cepat menguasai.
 
Selain shock dengan logat bahasa dan kebiasaan mereka, aku yang sulit bergaul juga mengalami beberapa masalah di tahun pertama aku sekolah. Aku sempat dijauhi oleh teman-teman satu kelas, nggak hanya itu ada beberapa anak kelas sebelah memusuhi aku. Aku nggak tau kenapa dan aku juga nggak mau mencari tau. Nggak lama anak kelas sebelas yang memusuhi aku akhirnya mengaku kenapa alasan mereka yang aku sama jadi heran sekaligus ketawa. Mereka memusuhi orang yang orang itu nggak melakukan hal itu (hahaha)
 
Nggak cuma itu sih, karena sebenarnya emang dasarannya aku cuek sih jadi aku bodo amat dijauhi sama anak-anak sekelas maupun di luar kelas :D.
 
O iya aku lupa cerita kegiatan aku di SMA. Waktu SMA aku ikut kegiatan marching band, cheerleader, dan drama teater.
 
Di marching band posisi disitu adalah sebagai flyer yang mana itu ngapain ya? Mendadak dede lupa..
 
OH
 
Dance sambil bawa bendera atau senapan. Harusnya sih ada 3, tapi aku lupa 1 lagi apa.
 
Aku suka banget ikut marching band, kakak pembinanya aktif mau mengikut sertakan adik-adik didiknya untuk ikut perlombaan. Yah yang namanya sekolah sih lebih mengutamakan kegiatan akademik, soo~ susah gitu deh jadi batal semuanya.
 
Aku ikut marching band cuma setahun karena aku udah lebih fokus dengan kegiatan cheerleading. Ntar dulu bahas cir-cirannya, aku mau bahas drama teater aku.
 
Nah, drama teater di sekolah aku terbilang baru, yang mendirikan adalah guru bahasa Indonesia SMP Kumbang. Pesertanya nggak lebih dari 15 orang. Selain itu juga jarang banget kita latihan. Nah, lucunya, bapak guru kami mendaftarkan anak didiknya untuk ikut lomba drama teater. Karena yang mengadakan adalah guru, kami semua bisa ikut lomba tapi....
 
.....tanpa difasilitasi oleh sekolah.
 
Drama teater nggak tau kabarnya setelah aku karena aku udah lupa. aku cuma ikut kegiatan ini selama 1 semester aja.
 
Lanjut kegiatan yaitu cheerleader.
 
Nggak di blog, di sosmed, terus di tumblr pasti ada nyinggung kegiatan ini. Ya iyalaaah.... Ini adalah kegiatan terfavorit aku. Passion aku pada masa itu. *ujung-ujungnya nggak dibahas
 
Masa sekolah dulu banyak banget pengalaman yang paling menyenangkan dan paling menyedihkan.
Aku punya teman yang begitu baiknya, begitu pengertiannya dengan sifat-sifat egois dan manja aku, yang mau dengan betahnya mendengar curhatan aku, yang nggak pernah biarin aku bengong sendirian, yang mau remedial dan belajar bareng, yang kami saling mengurusi teman yang sedang sakit, dll.
 
Aku juga sempat menjadi remaja dijauhi anak sekelas, sempat merasakan abusive relationship, sakit-sakitan, dimaki dan dibentak oleh guru di depan murid-murid, nilai pelajaran nggak pernah mendapat yang terbaik, dan hal menyedihkan lainnya berhasil membentuk aku menjadi Dina yang sekarang.
 
Dina yang sekarang lebih bisa beradaptasi dengan lingkungan
Dina yang sekarang lebih senang belajar
Dina yang sekarang mudah untuk tersenyum
Dina yang sekarang lebih bisa menghargai orang lain
Dina yang sekarang lebih menjaga kesehatannya
Dina yang sekarang bisa memahami orang lain
Dina yang sekarang menjadi sabar
Dina yang sekarang menjadi Dina yang matang dan dewasa
 
 
Terima kasih pengalaman:)
 
 
 
A gift from Erika & Epin


Semua murid IPS 1 dan IPS 2

2 tahun bersama anak-anak IPS 1


Monday, August 22, 2016

Makan Yuk: Richeese Challenge

Hola amigos~

Kali ini aku mau melakukan yang namanya makan-makan (dari judulnya juga udah tau keles). Di sini aku mau nge-review Fire Wings-nya Richeese Factory. Sebenarnya sih aku udah tau salah satu menu di situ karena jaman kuliah dulu aku suka makan disini, tapi ntah kenapa aku liat di youtube dan di instagram banyak video yang melakukan richeese challenge ini. Sebelumnya juga ada challenge yaitu makan samyang. Ada juga challenge makan samyang pake rawit. Pokoknya samyang dimana-mana. Aku nyobain kan... Apaan??? Nggak ada rasa gini, cuma pedes doang. Nggak ada sensasinya. Yaa itu pendapat aku setelah makan samyang. Lalu sekarang muncullah makan ayam berlevel ini dan dijadikannya challenge.
 
sumber: google.com
Gara-gara ngeliat orang makan itu ayam, yang awalnya banget nggak pernah penasaran jadi penasaran.
 
Jam 1 siang aku sama kakak aku meluncur ke sana. Kita beli fire wings yang level 2. Kalo di yutub-yutub sih pada level 5 semua, tapi kata kakak aku level 3 aja dia nggak abis. Gila! Kakak aku yang tahan pedes aja bilang level 3 dia nggak kuat, apalagi aku yang jelas-jelas ada riwayat penyakit dipencernaan terus makan makanan yang bikin perut melilit? Yaudah deh akhirnya aku beli fire wings level 2.
 
sumber: google.com
Sesampainya di rumah langsung aku pindahin ke piring dan siap-siap makan ayam yang sekarang terkenal ini. Aku beli yang paket isi 6.
 
Taraa... Dengan extra cheese
 
Sekali gigit.. oke. Dua kali gigit.. oke. Mau gigitan yang ketiga.... Mulai bereaksi pedesnya nih ayam. Seketika mulut aku panas dan sakit saking pedesnya. Bibir aku yang awalnya pucat jadi merah merona bagaikan abis ketabrak pintu (No picture. Ntar lo pada naksir ngeliat bibir gue).
 
Bumbu di ayam ini basah. Rasanya kayak BBQ gitu. Aku nggak tau persis, tapi kurang lebih seperti itu. Yang hebatnya lagi, meskipun ayam ini pedes, pedesnya itu bikin nagih. Nggak percaya? Cobain aja.
 
 
danke

Sunday, August 21, 2016

Makan Yuk: 4 Hari di Jogja (Part. 2)

Selamat malam pembaca semua.. Maaf banget nih aku baru ngelanjutin blog makan-makan di Jogja part 2. Aku udah nggak nepatin janji untuk ngelanjutin dalam minggu yang sama:( Biar nggak lama-lama, aku langsung aja yaa. Silakan dibaca dan dinikmati yaa~
 
Hari ketiga, tanggal 21 Juli 2016
Hari ketiga di Jogja, aku, mama, Ucup, dan anaknya temen mama brunch di Warung Makan Sambel Bawang Bu Santi yang berada di Jl. Babarsari Raya wilayah Kledokan Raya, Depok (Sleman). Kali ini aku fotoin nih tempatnya, tapi maaf lagi-lagi aku nggak fotoin lokasi tepatnya dimana. Pinggir jalan banget soalnya, yakali aku fotoin di tengah jalan. Huhuhu (cukup intermezzonya).
 
Di tempat makan ini kita bisa kita milih mau makan nasi uduk atau nasi putih biasa. Berhubung aku doyan banget yang namanya nasi uduk, ya aku pilihnya nasi uduk. Disini sih menu nya ayam bakar dan ayam goreng. Sayurnya juga yang tersedia ada sayur asem.
 
Kalau mau makan di tempat ini agak masuk ke dalam gang dulu. Bukan gang juga sih, lorong gitu deh
Ini tempatnya~
Aku suka dari warung makan ini adalah ayam bakarnya bisa dibakar bumbu pedas. Keseringan aku nemuin ayam bakar dan ikan bakar itu selalu di bakar kecap. Maka dari itu, aku memilih ayam bakar. Mau tahu gimana rasanya?
.
.
Mantaff!

Ayam bakar dengan sambal bawang dan lalapan
Rasanya enak. Sepertinya ayamnya di presto dulu soalnya tulangnya rapuh banget dan dagingnya lembut. Kata mama, ayam yang disajikan sama pemilik warung makannya adalah ayam kampung. So, nggak heran kalau ayamnya di presto dulu karena ayam kampung itu dagingnya rada alot. Sebenarnya sih rasanya kayak ada manisnya gitu, tapi rasa manisnya tertutupi sama rasa pedas dari bumbu bakarnya ini.

Kenapa warung makan ini disebut sebagai warung makan sambel bawang? Ya karena sambel bawangnya istimewa (haha lebay). Rasa antara cabai dan bawangnya itu seimbang. Pedasnya ya cukup, nggak bikin mulut aku sakit. Mungkin bagi yang kuat makan pedas, rasa pedas nggak begitu kerasa, tapi bagi aku yang nggak tahan pedas ini aman kok buat di lidah, di mulut dan di perut.

Makan nggak lengkap kalau nggak pakai sayur. Karena yang tersedia adanya sayur asem, yaa mama mesen sayurnya sayur asem dan nambah lalapan terong.

Sayur asem~

Dasar terong lo! *Eh

Aku kaget kok sayur asemnya putih ya? Biasanya mama suka masakin sayur asemnya ada cabe-cabe(an)nya gitu. Kata mama ya khas Jogja sayur asemnya putih. Oke, Dina cupu karena baru tahu. Aku biasanya kurang suka yang namanya sayur asem, tapi ini beda. Karena nggak pedes kali ya, jadi aku suka banget. Rasanya nggak asem kayak sayur asem, lebih kayak sop.

Soal harganya sih tenang.. Standard sih nggak murah-murah banget tapi worth it. Harga ayam bakarnya Rp 16.000,-. Harga sayur asem hanya Rp 5.000,- saja. Kalo harga si dasar terong *eh* hanya Rp 4.000,- saja.

Setelah brunch, kita muter-muter kesana kemari berkeliling-liling kota hendak melihat-lihat keramaian yang ada (lha? Malah nyanyi), kita berhenti untuk makan sore di Si Gombing alias Nasi Goreng Kambing yang berlokasi di... Maaf ya aku lupa nyatat dimananya. Pokoknya di sekitaran UGM situ.
Di sini lokasinya. Maaf aku lupa mencatat alamatnya dan sekali lagi sorry for bad quality photo

Di tempat makan ini, ada berbagai macam menu. Kita bisa milih nasi gorengnya mau pakai apa aja. Ada nasi goreng + telur, nasi goreng + jeroan, nasi goreng + daging, nasi goreng + babat, dll. Ada juga yang campur (semua pilihan dijadikan satu). Berhubung aku mau nulis di blog, aku pilih menu si gombing campur + telur (ada daging, ati, dan babat iso).

si gombing~
Soal rasa? Beuh! Enakan ini deh dibanding nasgor sapi yang aku makan di hari pertama di Jogja. Nasi gorengnya nggak berminyak. Asinnya pas, nggak begitu manis juga. Sayangnya, pretelannya rasa keras, tapi masih bias dikunyah. Pokoknya rasanya beda deh. Beda banget dibanding nasgor kambing lainnya. Bumbunya nggak kita keras jadi ramah di lidah.

Masalah harga juga ramah di kantong kok. Aku mesen yang paling mahal di menu. Harga nasgor yang aku pesan Rp 15.000,-. Ramah di kantong kan? Isinya banyak, dapat pretelannya lengkap, kenyang, dompet masih aman.

Malamnya, kita pergi makan di Warung Makan Pak Parno (rekomendasi dari acara Pak Bondan). Lokasi warung makan ini berada di Lempuyangan.


Di sini aku pesan sate goreng dan tongseng daging. Nunggunya lama banget. Mungkin dipotong dulu kali ya kambingnya.

menanti yang tak kunjung datang

Hampir 30 menit akhirnya makanan yang aku pesan tiba. Awalnya yang keluar duluan itu sate goreng. Rasanya kayak bistik gitu dan rasanya lebih kayak asin mentega.

Sate goreng rasa mentega
Udah abis nasi dan sate goreng dedek, eh tongseng dagingnya baru keluar. Dedek kecewa, porsinya dikit. Potongan dagingnya juga kecil. Soal rasa, aku nyicipin kuahnya sih enak, tapi sayang banget nggak meresap ke dalam dagingnya.

tongseng daging kambing

Kalo urusan harga menurut aku sih mahal. Semua menu harganya sama, yaitu Rp 24.000,-. Kalo ditanya kenyang? Ya kenyang. Enak? Ya enak. Cuma untuk soal harga, aku kurang sreg. Soal harga, aku kurang sreg (iye iye.. di ulang-ulang meleu).

Hari keempat, tanggal 22 Juli 2016
Ini adalah harga terakhir di Jogja. Waktunya balik ke Jakarta~
 
Sebelum pulang, kita makan nasi gudeg dulu di Gudeg Mbareg "Bu Hj. Amad" yang bertempat di jalan Kaliurang. Katanya sih enak, makanya kita brunch kesana.
 
Nasi Gudeg
Menunya banyak banget, tapi disini aku pesen nasi gudeg paket 5 yang mana terdiri dari nasi + gudeg + ayam paha + krecek. Harganya bisa dibilang cukup mahal. Ini harganya Rp 22.000,-.
 
Sebenarnya aku kurang suka gudeg karena di otak udah mikir "wah ini manis banget". Iya aku nggak suka makan manis, tapi demi ngisi di blog aku makan deh. Lagian juga nggak banget aja udah di Jogja nggak makan khas Jogja.
 
Aku bakal review nggak cuma lauknya tapi juga nasi. Nasinya pulen banget. Berasa makan bubur. Untuk lauknya, dia menyediakan gudeg basah ternyata. Well, sebenarnya aku nggak tau ada berapa macam gudeg, tapi kata mama gudeg yang kita makan adalah gudeg basah (jadi aku mikir kalo gudeg juga ada yang kering). Benar banget saudara-saudara setanah air, rasanya manis banget. Berasa makan gula merah. Penilaian ini nggak semata-mata dari lidah aku aja ya, bahkan lidah mama yang sering masakin gudeg buat yangkung juga bilangnya ini manis banget. Aku suka krecekannya. Pedas dan pas di lidah aku.
 
 
Empat hari di Jogja cukup menyenangkan. Aku pikir aku bakal nemu makanan-makanan yang manis, tapi ternyata aku salah. Aku kemakan sama stereotype orang-orang luar Jogja. Ternyata makanan di Jogja lebih beragam, disamping itu harganya juga pas di kantong (iyalah kota pelajar. Dimana-mana nemu universitas). Hmm.. Udah sih itu aja intinya. semoga para pembaca senang membaca blog aku. Hehe
 
 
 
danke

Monday, August 1, 2016

Makan Yuk: 4 Hari di Jogja (Part. 1)

Halo semua~ berjumpa lagi dengan Dina~ Ada yang kangen aku nggak? Nggak ada ya? Orang sepi gini blog nya. Huhu.. Di postingan kali ini aku mau share ke kalian tentang komentar aku mengenai makanan yang aku makan selama di Jogja.
 
Tanggal 19 Juli kemarin aku pergi ke Jogja untuk menemani adik aku untuk mempersiapkan bahan ospek, tempat tinggal, dan menyusun barang-barangnya di sana karena adik aku yang bernama Yusuf Satria Utama keterima di Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada (Yey! Selamat ya, Cup). Mumpung 3 hari disana dan selain itu aku punya hobi baru yaitu review makanan di restoran atau cafĂ© atau tempat makan, jadilah itu kesempatan baik buat aku.
 
Hari pertama, tanggal 19 Juli 2016
Aku, mama, dan Ucup sampai di bandara Adisutjipto Jogjakarta pada sore hari (ntahlah aku juga udah lupa jam berapanya). Sesampai disana kita dijemput oleh anaknya teman mama. Pesawat yang kita tumpangi delayed 30 menit, lalu kami semua belum makan siang, lantas kami kelaparan. Mobil yang kita tumpangi langsung meluncur ke tempat makan nasi sup ayam.
 
Berdasarkan rekomendasi dari anaknya teman mama yang sudah cukup lama tinggal di Jogjakarta, nasi sup ayam yang enak dan lezat adalah Sop Ayam Pak Min Klaten yang tempatnya berada di Kledokan Raya, Depok (Sleman). Maaf ya aku nggak sempat fotoin tempatnya. Nggak kepikiran soalnya udah laper banget. Oke lanjut.. Di tempat makan ini tersedia berbagai macam sop ayam. Ada sop ayam sayap, paha, kulit, apa lagi ya? Duh maaf banget pembaca, aku benar-benar nggak ingat dan nggak memperhatikan menunya karena udah laper banget. Kalo kata salah satu iklan *tit*, lagi rese-resenya.
 
Aku memesan nasi sop ayam paha tapi minta tambahan kulit (lapar bro hehe). Nggak pake lama makanan yang aku pesan akhirnya datang. Aku kalau makan yang berkuah gini kayak sop, soto, bakso, dllnya nggak pernah menambahkan dengan kecap, sambal, atau saos tomat karena dapat merusak rasa keasliannya.
 
ini dia penampakannya
Kalau urusan makanan berkuah, hal pertama yang harus dicicipi adalah kuah karena disitulah tempat kaya akan bumbu. Saat aku mencicipi kuah sop, tahu gimana ekspresi aku? Langsung sumringah tersenyum lebar~ Rasanya enyaaaaaak~ gurih, asin, terasa banget kaldu ayamnya. Bumbunya tajam, terasa banget bahwa ini adalah sop ayam. Setelah mencicipi kuahnya, aku mencicipi dagingnya dan rasanya sama. Rumah makan sop ayam Pak Min ini menggunakan kaldu ayam asli karena antara kuah dan dagingnya rasanya persis enaknya.
 
Kalau menyinggung masalah harga, aku bisa bilang murah. Porsi makan aku seharga Rp 22.000,- (nasi sop paha + kulit = 16.000 + 6.000), lalu semua minumannya harganya Rp 3.000,-.
 
Masih di hari yang sama, malamnya aku pergi makan nasi goreng di wilayah Kota Baru. Nama nasi gorengnya adalah Nasi Goreng Sapi. Aku pikir nasi goreng sapi itu ya nasi ditaburi dengan daging-dagingan, namun dedek kecewa. Dimana letak daging sapinya???
 
 
Saat nasi gorengnya datang, aku ngeliatnya sih ini nasi goreng dengan telur mata sapi. Aku nggak menemukan daging sapi di dalamnya. Ada sih, tapi cuma 1 biji. Selain itu nasinya cenderung berminyak lalu rasanya manis karena mungkin kebanyakan kecap kali ya. Kalau mau ngebayangin rasanya ya hampir mirip dengan nasi goreng kambing yang manis. Nggak pedes sama sekali ih. Tapi kalo mau pedes bisa minta acarnya kok, kan diacar ada rawitnya.
 
Cuma 1 biji itu doing daging yang aku temuin. Sapinya mana??
Untuk masalah harga termasuk murah kok. Hanya Rp 12.000,- saja sudah kenyang. Di tambah minum teh hangat atau dingin harganya sama Rp 3.000,-. Kalau sendirian makan ini sih cukup bawa uang Rp 15.000,- aja juga udah kenyang.
 
Hari kedua, tanggal 20 Juli 2016
Ini aku mau ngomentarin makan malamnya nih. Malam-malam seusai sholat isya, kami semua meluncur ke Warung Makan Bu Tik di Jalan Solo (maaf ya aku lupa untuk fotoin lokasinya). Di sini serba kambing, tapi menu favorit dan terenak di warung makan ini adalah tengkleng.
 
Ini dia tengkleng
Bagi kalian yang nggak tahu tengkleng itu apa (aku juga awalnya nggak tahu kok) aku akan jelasin dulu. Seperti yang ada pada gambar, tengkleng adalah makanan berkuah yang isinya adalah tulang-tulang yang bersumsum dari kambing. Jadi nanti ini makannya kita sedot-sedotan sumsum kambing.
 
Ini rasanya dewa! Sangat RECOMMENDED untuk dimakan untuk dibawa pulang untuk disebar bagi khalayak ramai yang belum tahu tengkleng (kalau yang nggak suka kambing nggak tahu sih, tapi kuahnya beneran enak kok). Rasanya hampir mirip sama asem-asem (garang asem), cuma bedanya ini tanpa tomat. Rasanya gurih dan sedikit pedas. Oh iya, review makanan ini aku post loh di instagram aku. Di buka ya ig aku @dinapermata , jangan lupa di follow :D
 
Niatnya emang mau review makanan, aku juga memesan sate kambing dan tongseng (tenang aja, banyak yang nampung kok).
 
Sate kambing
 
Tongseng
Untuk masalah rasa:
1. Sate kambing. Bisa dibilang rasanya standar sih kayak sate kambing lainnya. Nggak ada yang istimewa. Dagingnya sih empuk. Kalau ditanya mending dimakan apa nggak ya mendingan dimakan karena masih nyangkut sedikit di lidah.
2. Tongseng. Aduh kalau yang ini nggak banget deh. Dagingnya alot alias keras. Udah gitu kuahnya manis kebanyakan kecap mungkin. Yang anehnya lagi tongsengnya pakai tomat. Aku kalau makan tongseng di Surabaya nggak pernah ada tomatnya. Rasanya sih pedas, tapi nggak nyampur. Intinya nggak banget deh. Jangan dipesan.
 
Untuk masalah harga, apapun makanannya harganya Rp 30.000,-. Menurut aku untuk ukuran makanan di Jogja sih ini mahal. Tapi worth it kok kalau yang kalian pesan adalah tengkleng karena emang menu andalan warung ini ya tengklengnya itu. Aku juga melihat pelanggan-pelanggannya hampir semuanya memesan tengkleng.
 
Review makanannya sampai di sini dulu ya. Udah malam, jadi akan aku lanjutkan ntah hari apa tapi masih di minggu ini. Nantikan terus karena masih ada sisa 2 hari lagi aku makan-makan di Jogjakarta. Selamat bobo, pembaca semua.
 
 
danke

Nge-Blog Lagi

Halo pembaca semua~ Duh udah lama banget ya aku nggak nge-blog. Sekian lamanya ditinggal, blog aku banyak debu, banyak sarang laba-laba, kecoa, tikus, akar pohon yang tumbuh di dinding-dindingnya (duh lebay deh). Tenang pembacah sekalian, aku kembali lagi dengan isi yang berbeda. Sebelumnya kebanyakan sih tentang perkuliahan dan ada galau-galaunya dikit (huhu).
 
Aku udah mulai jalan bisnis nih. Aku juga punya hobi baru (kayaknya). Aku juga punya kehidupan baru, masalah baru, pengetahuan baru. Sooo~ nantikan saja yaa... Dalam minggu ini aku akan nge-posting sesuatu tentang makanan. Di tunggu yaa..
 
Kissu kissu muah muah

Monday, March 7, 2016

What does make me ..

Hai. Ini mungkin malam kesekian yang mana aku sedang mengalami yang namanya "jatuh". Seperti biasa, ketika sedang merasa seperti ini, aku sharing ketemanku, Andaru. Sebelum aku sharing, ritual yang aku lakukan adalah marah-marah. Ya, memarahi dia. Alhamdulillah dia masih sabar menerima ocehan dan marah ku. 

Ok, disini aku tidak sedang menceritakan tentang sharing-ku ke Andaru, tapi aku disini mau menuliskan apa yang ada dipikiran dan hatiku. Agak sulit sebenarnya aku mau menulis karena fase dimana kau merasa sangat "jatuh" sudah berlalu beberapa jam yang lalu. Disini aku ingin bercerita tentang bagaimana aku bisa merasakan hal tersebut.

Memiliki orang tua yang begitu dikenal, pemimpin sukses, dan bisa membuat perubahan sangat bangga untuk dijadikan contoh dan ditiru. Memiliki teman dekat yang baik, cerdas dan pintar, dan bisa mendorong teman dekat lainnya ke arah yang baik merupakan hal yang sangat menguntungkan dan patut untuk dipertahankan. Terlibat dalam komunitas yang di dalamnya bertemu dengan para mentor yang sukses dibidangnya dan anggota komunitas yang pintar, wah sangat menginspirasi dan mendorong diri untuk visioner sukses dikemudian hari. 

Aku senang. Sangat bersyukur bisa hadir dilingkungan yang positif dan dikelilingi oleh orang yang cerdas, menginspirasi, sukses, dan sebagian dari mereka memberikan kontribusi nyata kepada orang banyak. Lalu salahnya dimana?

Tidak tahu kenapa, di sisi lain aku merasa sangat senang dan beruntung tapi di sisi lain aku malah menjadi orang yang menuntut diri agar bisa seperti mereka. Benar, aku benar-benar bersyukur karena mereka begitu menginspirasi sehingga aku memiliki visi hidup ingin menginspirasi banyak orang dengan perjalanan karirku yang begitu baik dan membawa perubahan bagi perusahaan serta orang banyak, tetapi ini menyiksa batinku sendiri. Awalnya aku menuntut diriku untuk bisa bersaing dengan teman-temanku, lalu aku kembali menuntut diriku bahwa aku bisa seperti Papa dan mentor-mentor di komunitas dan bahkan aku menuntut diriku melebihi mereka. Aku menuntut diriku bahwa aku harus berkarir untuk menyaingi mereka, tapi disamping memiliki ambisi yang tinggi aku juga memiliki rasa ketidakpercayaan diri yang tinggi. Aku sering merasa "apa sih kelebihan kamu? Pintar juga nggak. Bisa membaur dengan orang banyak juga nggak. Punya segudang networking juga nggak. Jago bahasa inggris juga nggak. Cantik langsing juga nggak. dst dst dst....". Itu terus terus dan terus sehingga aku malah menyalahkan diriku sendiri. Aku yang nggak bisa ini aku yang nggak bisa itu aku yang nggak menarik.

Perasaan minder dan terus-menerus menyalahkan diri membuatku menjadi manusia pengeluh. "Pantas aja nggak keterima kerja, aku kan bodoh. Kebanyakan aku bisa sampai tahap interview sebelumnya tanpa melewati pengiriman CV. Coba lihat semua CV yang aku kirim? Nggak ada kan yang lolos?" "Tuh bener kan gara-gara aku gendut makanya aku nggak lolos medical check up. Susah banget sih buat kurus. Olahraga udah. Makan juga nggak seabrek kayak dulu. Makan nasi juga udah nggak. Emang dasarannya aja fisikku jelek.". Pikiran itulah yang cukup sering terngiang di kepala. Aku sampai merasa tidak adil melihat orang yang sekali dua kali naruh lamaran langsung mendapat pekerjaan sedangkan aku sudah puluhan lamaran tidak juga ada yang menawarkan. Hal tersebut yang membuat aku sedih dan semakin "jatuh".

Sampai pada akhirnya malam ini. Malam dimana aku sharing ke Andaru. Apa aku sebegitu jeleknya? Apa aku sebegitu rendah kualitasnya?

"Lihat orang-orang sukses disana. Nggak ada yang mudah awalnya, gendut." Itulah yang dia ucapkan ketika aku sedang menangis terisak dan terus menerus menyalahkan diriku.

"Cobalah berpikiran positif. Mungkin saja kalau kamu dapat pekerjaan sekarang kamu akan jadi manusis yang sombong."
"Jadi maksud kamu aku ini selamanya akan jadi manusia sombong? Dina si manusia sombong." 
"Bukan, gendut. Aku minta kamu untuk sabar."
"Bagaimana caranya aku sabar? Jadi aku harus diam saja? Iya?"
"Apa visi kamu harus melalui jadi wanita karir? Kamu bisa ikut training di John Robert Power, terus kamu bisa les bahasa inggris. Katanya kamu mau sekolah keluar negeri? Mana blog kamu? Masih aktif nggak? Kenapa kamu nggak menulis lagi?"
"Aku nggak pede dengan tulisanku. Tulisanku jelek, nggak bermakna"
"Apa peduli orang? Kenapa peduli orang lain?"

Dari situ aku diam. Kalau ingin menginspirasi banyak orang tidak selalu melalui karir. Tidak selalu harus bekerja di perusahaan. Aku bisa menginspirasi banyak orang, aku bisa sukses, aku bisa maju dengan cara yang berbeda. Buat apa aku bersedih? Yang bisa dilakukan dari seorang Dina adalah kemauan untuk berubah dengan cara yang lain dan mau bergerak untuk berubah. Allah akan memberikan rezeki sesuai usaha yang dikerjakan umat-Nya dan Allah akan memberikan rezeki sesuai dengan kadar kemampuan umat-Nya.

Jadi, tidak boleh merasa iri dengan orang lain. Berhentilah bersaing di dunia, tapi bersainglah untuk akhirat. Sekarang aku harus semangat, kalau tidak dapat bekerjaan di perusahaan aku harus berubah dengan cara ikut kelas-kelas pengembangan skill, kursus bahasa inggris, membaca biografi orang sukses di Indonesia dan coba untuk membangun networking dengan mereka.

Semangat.....
Powered by Blogger.