Halo semua~ berjumpa lagi dengan Dina~ Ada yang kangen aku nggak? Nggak ada ya? Orang sepi gini blog nya. Huhu.. Di postingan kali ini aku mau share ke kalian tentang komentar aku mengenai makanan yang aku makan selama di Jogja.
Tanggal 19 Juli kemarin aku pergi ke Jogja untuk menemani adik aku untuk mempersiapkan bahan ospek, tempat tinggal, dan menyusun barang-barangnya di sana karena adik aku yang bernama Yusuf Satria Utama keterima di Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada (Yey! Selamat ya, Cup). Mumpung 3 hari disana dan selain itu aku punya hobi baru yaitu review makanan di restoran atau café atau tempat makan, jadilah itu kesempatan baik buat aku.
Hari pertama, tanggal 19 Juli 2016
Aku, mama, dan Ucup sampai di bandara Adisutjipto Jogjakarta pada sore hari (ntahlah aku juga udah lupa jam berapanya). Sesampai disana kita dijemput oleh anaknya teman mama. Pesawat yang kita tumpangi delayed 30 menit, lalu kami semua belum makan siang, lantas kami kelaparan. Mobil yang kita tumpangi langsung meluncur ke tempat makan nasi sup ayam.
Berdasarkan rekomendasi dari anaknya teman mama yang sudah cukup lama tinggal di Jogjakarta, nasi sup ayam yang enak dan lezat adalah Sop Ayam Pak Min Klaten yang tempatnya berada di Kledokan Raya, Depok (Sleman). Maaf ya aku nggak sempat fotoin tempatnya. Nggak kepikiran soalnya udah laper banget. Oke lanjut.. Di tempat makan ini tersedia berbagai macam sop ayam. Ada sop ayam sayap, paha, kulit, apa lagi ya? Duh maaf banget pembaca, aku benar-benar nggak ingat dan nggak memperhatikan menunya karena udah laper banget. Kalo kata salah satu iklan *tit*, lagi rese-resenya.
Aku memesan nasi sop ayam paha tapi minta tambahan kulit (lapar bro hehe). Nggak pake lama makanan yang aku pesan akhirnya datang. Aku kalau makan yang berkuah gini kayak sop, soto, bakso, dllnya nggak pernah menambahkan dengan kecap, sambal, atau saos tomat karena dapat merusak rasa keasliannya.
Kalau urusan makanan berkuah, hal pertama yang harus dicicipi adalah kuah karena disitulah tempat kaya akan bumbu. Saat aku mencicipi kuah sop, tahu gimana ekspresi aku? Langsung sumringah tersenyum lebar~ Rasanya enyaaaaaak~ gurih, asin, terasa banget kaldu ayamnya. Bumbunya tajam, terasa banget bahwa ini adalah sop ayam. Setelah mencicipi kuahnya, aku mencicipi dagingnya dan rasanya sama. Rumah makan sop ayam Pak Min ini menggunakan kaldu ayam asli karena antara kuah dan dagingnya rasanya persis enaknya.
Kalau menyinggung masalah harga, aku bisa bilang murah. Porsi makan aku seharga Rp 22.000,- (nasi sop paha + kulit = 16.000 + 6.000), lalu semua minumannya harganya Rp 3.000,-.
Masih di hari yang sama, malamnya aku pergi makan nasi goreng di wilayah Kota Baru. Nama nasi gorengnya adalah Nasi Goreng Sapi. Aku pikir nasi goreng sapi itu ya nasi ditaburi dengan daging-dagingan, namun dedek kecewa. Dimana letak daging sapinya???
Saat nasi gorengnya datang, aku ngeliatnya sih ini nasi goreng dengan telur mata sapi. Aku nggak menemukan daging sapi di dalamnya. Ada sih, tapi cuma 1 biji. Selain itu nasinya cenderung berminyak lalu rasanya manis karena mungkin kebanyakan kecap kali ya. Kalau mau ngebayangin rasanya ya hampir mirip dengan nasi goreng kambing yang manis. Nggak pedes sama sekali ih. Tapi kalo mau pedes bisa minta acarnya kok, kan diacar ada rawitnya.
Untuk masalah harga termasuk murah kok. Hanya Rp 12.000,- saja sudah kenyang. Di tambah minum teh hangat atau dingin harganya sama Rp 3.000,-. Kalau sendirian makan ini sih cukup bawa uang Rp 15.000,- aja juga udah kenyang.
Hari kedua, tanggal 20 Juli 2016
Ini aku mau ngomentarin makan malamnya nih. Malam-malam seusai sholat isya, kami semua meluncur ke Warung Makan Bu Tik di Jalan Solo (maaf ya aku lupa untuk fotoin lokasinya). Di sini serba kambing, tapi menu favorit dan terenak di warung makan ini adalah tengkleng.
Bagi kalian yang nggak tahu tengkleng itu apa (aku juga awalnya nggak tahu kok) aku akan jelasin dulu. Seperti yang ada pada gambar, tengkleng adalah makanan berkuah yang isinya adalah tulang-tulang yang bersumsum dari kambing. Jadi nanti ini makannya kita sedot-sedotan sumsum kambing.
Ini rasanya dewa! Sangat RECOMMENDED untuk dimakan untuk dibawa pulang untuk disebar bagi khalayak ramai yang belum tahu tengkleng (kalau yang nggak suka kambing nggak tahu sih, tapi kuahnya beneran enak kok). Rasanya hampir mirip sama asem-asem (garang asem), cuma bedanya ini tanpa tomat. Rasanya gurih dan sedikit pedas. Oh iya, review makanan ini aku post loh di instagram aku. Di buka ya ig aku @dinapermata , jangan lupa di follow :D
Niatnya emang mau review makanan, aku juga memesan sate kambing dan tongseng (tenang aja, banyak yang nampung kok).
Untuk masalah rasa:
1. Sate kambing. Bisa dibilang rasanya standar sih kayak sate kambing lainnya. Nggak ada yang istimewa. Dagingnya sih empuk. Kalau ditanya mending dimakan apa nggak ya mendingan dimakan karena masih nyangkut sedikit di lidah.
2. Tongseng. Aduh kalau yang ini nggak banget deh. Dagingnya alot alias keras. Udah gitu kuahnya manis kebanyakan kecap mungkin. Yang anehnya lagi tongsengnya pakai tomat. Aku kalau makan tongseng di Surabaya nggak pernah ada tomatnya. Rasanya sih pedas, tapi nggak nyampur. Intinya nggak banget deh. Jangan dipesan.
Untuk masalah harga, apapun makanannya harganya Rp 30.000,-. Menurut aku untuk ukuran makanan di Jogja sih ini mahal. Tapi worth it kok kalau yang kalian pesan adalah tengkleng karena emang menu andalan warung ini ya tengklengnya itu. Aku juga melihat pelanggan-pelanggannya hampir semuanya memesan tengkleng.
Review makanannya sampai di sini dulu ya. Udah malam, jadi akan aku lanjutkan ntah hari apa tapi masih di minggu ini. Nantikan terus karena masih ada sisa 2 hari lagi aku makan-makan di Jogjakarta. Selamat bobo, pembaca semua.
danke
0 comments:
Post a Comment